Translate

Rabu, 25 Juli 2012

My Happiness at Hospital Chapter 42


Chapter 42

Jihyo atau Sandara

“sandara.” Panggil na mi.

“ne?”

Suddenly, Na mi got up from the bed and hugged Jihyo tightly making Jihyo shocked and didn’t know what to do.

“Miss, what’s wrong. Please let go of me.” Jihyo said and tried to get off from Na mi.

“sandara, kenapa kamu memanggil saya nona. Saya na mi.” kata na mi masih memeluk jihyo.

“mianhamnida keunde na sandara aniya (I’m sorry tapi saya bukan sandara). Choneun jihyo, song jihyo imnida.” Kata jihyo.

Na mi melepaskan pelukannya ketika mendengar apa yang jihyo katakana.

“jihyo?” Tanya na mi.

“ne. anda bisa melihat kartu ID saya.” Kata jihyo dan menyerahkan ID cardnya.

Song Ji Hyo
Woman
Seoul,10 Desember 1989

“10 desember?” bisik na mi.

“ada yang salah?” Tanya jihyo.

“apa anda punya kembaran?” Tanya na mi.

“ani. Saya satu satunya anak.” Kata jihyo.

“oh.” Kata na mi dan mengembalikan ID card ke jihyo.

“nona, apa anda memerlukan sesuatu?” Tanya jihyo setelah menyimpan ID Cardnya.

“tolong jangan panggil saya nona. Umurku sama sepertimu. Panggil nama aja. Na mi.” kata na mi.

“na mi.” kata jihyo.

“ne. karena umur kita sama, saya pikir mungkin kita bisa menjadi teman baik. Saya juga punya bestfriend yang umurnya sama seperti kita. Saya akan memperkenalkannya padamu ketika dia datang. Sekarang ceritakan tentangmu.” Kata na mi.

“tentang saya?” jihyo menunjuk dirinya sendiri dan na mi mengangguk.

“saya hanya seorang yeoja biasa. Saya punya orang punya komplit dan impianku menjadi suster.” Jihyo menjelaskan singkat.

Cheondung sat on his bed and looked at his picture with Sandara in his computer. He found a video named “sandara” and he opened it.

“Cheondung, what are you doing? Are you recording me? Stop it. I feel embarrassed.” Sandara said in video.

“Well, I will tell the story about my life since it’s a wish from my beloved fiancée. Hello. I’m sandara. Turns 18 this year exactly at December. I bet all of you must be wonder how can I have a fiancée in such young age? Don’t ever think that I’m pregnant and need to get marry quickly. Are you going to believe if I said that I was engaged to Cheondung since I was 15 years old? But that’s the reality. I'm engaged to Cheondung when he was 20 years old. Now, he is the CEO of PSH Company. We will get marry after I graduate from senior high school next year. We will become the youngest married couple. Okay, enough with the Cheondung. I will tell the story about my family. Well, there’s nothing special with my family. Just simple family consist of daddy, mommy and me. But they had passed away when I got into senior high school two years ago. Lucky, I have Cheondung who always beside me anytime and always cheer me up when I felt sad. One more. I want to tell the story about my lovely group, Queenka. This group consists of my 8 bestfriends. There are Jessica, Yoona, Jikyung, Luna, Na mi, Victoria and Gyuri. They also cheer me up when my parents passed away. Now, I have a happy life with my fiancée and my bestfriends. Hope this will last forever. Enough of the story, Cheondung. Turn off the camera.” Sandara said after explained about her life.

Cheondung yang menonton itu telah menangis sejak dia membuka videonya. Membuka video ini sama seperti membuka luka lama. Luka yang ga akan pernah tersembuhkan. Luka karena sandara meninggalkan dia selamanya.

“sandara, nan jongmal bogosipoyo. Kenapa kamu meninggalkan saya tanpa mengatakan apapun padaku? Saya tunanganmu kan? Kemudian kalo kamu punya masalah, kamu harus bilang padaku. Kita akan mencari jalan keluarnya bersama. Kenapa kamu menjadi bodoh sekali dengan loncat dari atap gedung? Setelah dua tahun mencoba melupakanmu, saya masih belum bisa melupakanmu. Walaupun saya menyukai na mi tapi kamu masih tetap ada  dihatiku. Sekarang ada seseorang yang mirip sekali sepertimu. Kelakuan sama, suara sama, senyum sama dan mimpi yang sama. Tapi dia bukan kamu. Beritau saya sandara. Kenapa ada seseorang yang sama benar benar sama seperti kamu?” kata cheondung dan menundukkan kepalanya diatas meja dan menangis dalam diam.

Brain Tumor

“yesung.” Panggil na mi ketika dia melihat yesung masuk kedalam ruangannya.

“annyeong chagi. Gimana kabarmu hari ini?” Tanya yesung dan duduk disamping na mi.

“you need to tell me.” Kata na mi to the point.

“tell you what?” kata yesung bingung.

“kenapa kamu ga dattang makan siang kemarin dan saya ga bisa menghubungi HPmu. Saya sudah menunggu selama 1 jam sebelum akhirnya saya makan siang dengan cheondung.” Kata na mi dan memajukan bibirnya.
Yesung menjadi nervous ketika mendengar pertanyaan na mi.

“saya ga bisa memberitaukannya.” Piikir yesung.

“mianhaeyo na mi. ada meeting mendadak dan itu meeting dari klien penting. Saya harus menghadiri meeting itu.” Kata yesung berbohong.

“mianhae na mi-ah.” Pikir yesung.

“well, setidaknya kamu bilang dulu ke saya jadi saya ga perlu khawatir sesuatu yang buruk terjadi padamu.” Kata na mi kemudian dia menunduk.

“mianhaeyo.” Kata yesung dan menyadari ada yang salah dengan na mi.

“chagi, gweanchanayo?” Tanya yesung kepada na mi yang sedang  memegang dadanya sekarang.

“i… don’t… know… my… chest.. pain…” kata na mi lemah.

“betahanlah. Saya akan panggil dokter.” Kata yesung panic dan langsung memencet tobol emergency. Dokter dan suster datang ga lama setelah yesung memencet tombol.

“ada apa Mr. Kim?” Tanya dokter.

“Doctor, please check her. She said her chest pain.” Yesung said panicly.

“Relax, Mr. Yan. We will check her. Please wait outside.” The nurse said and na mided Yesung to leave the room.

Yesung waited panicly in front of the room. The doctor came out after one hour checking Na mi’s condition.
“dokter, gimana na mi?” Tanya yesung.

“mr. Kim, kondisi na mi meburuk. Dia ga pernah kambuh sesering ini. hampir setiap hari penyakitnya kambuh. Dengan kondisinya seperti ini, saya ragu jika dia bisa bertahan selama 3 bulan.” Kata dokter sedih.

“dokter, anda harus menyelamatkan na mi. jangan khawatir tentang uang. Selama dia selamat, saya akan mebayarnya seberapa mahalnya itu.” Kata yesung. ( waa so sweet. Kalo beneran mah waaa daebak >,< )

“saya ga khawatir tentang uang. Hingga sekarang, kami masih belum menemukan pendonor yang cocok dengan dia. Setiap ada pendonor, ataupun pendonor untuk Ms.Na mi, belum ada yang cocok.” Kata dokter.

“dokter, pokoknya lakukan sesuatu yang bisa menyelamatkan dia. Saya mohon padamu.” Kata yesung lembut.

PRANGGG!! 

A broken plate’s voice ehoed in her house. Krystal holds her head and tried to grab something with her other hand. When she grabs the table, she stand for a while before breathing normally.

“Aarrgh..” Krystal screams in pain.

Flashback…

“Here. This way.” The nurse led Krystal to the X-ray room.
Krystal waited for hours before the report was out.

“Doctor, how is it?” Krystal asked while the doctor was looking at the X-ray film.

“Ms.Krystal, your headache is caused by..” the doctor seemed to be hesitating.

“What is it, doctor?” Krystal started to lose her patient.

“Ms Krystal, it’s brain tumor.” The doctor said and made Krystal speechless.

“It..can….be..cured,….right?” Krystal asked stammeringly.
Krystal is at the verge of crying but she still holds back her tears.

“mianhamnida tapi tumornya sudah menyebar dan akan sangat berbahaya jika kita melakukan operasi.” Kata dokter sedih.

“Then how to cure this tumor?” Krystal asked between her sobs.
Finally, she let her tears flowing down on her cheek.

“ Sorry, but nothing we can do. It’s too late to be cured. I’m sorry but I can’t do anything.” The doctor said made Krystal crying more.

“Then I still can live until when?” Krystal asked softly.

“Less than 3 months.” The doctor said.
End of Flashback…

“tuhan, kenapa kamu begitu jahat padaku? Kamu meberikan saya tumor ini dan saya Cuma bisa hidup hingga 3 bulan. Saya ga pernah  mendapatkan kebahagiaan dalam hidup saya. Orang tuaku meninggalkanku ketika saya 10 tahun. Saya meninggalkan yesung dan membuat dia membenciku. Minho menghianatiku. Dan sekarang, ketika saya mencoba untuk mendapatkan yesung, kamu mebuat saya seperti ini. sekarang, saya ga bisa mengharapkan apapun.” Krystal menangis lembut.
*****