Invisible Letters
Chapter 4
Invisible
Saya
membuka mataku dan menyadari saya berada dalam kamar tidurku. Itu Cuma mimpi..
ani.. itu mimpi buruk. Saya baru menyadari pipiku basah. Apa saya menangis saat
tidur? Saya takut, saya butuh kehadiran siwon.
Saya
mengambil notebook disampingku untuk bilang siwon tentang mimpiku. Saya membuka
notebook dan betapa kagetnya saya, semua halamannya kosong. Saya mulai panic
dan mebalik balikkan halamat dan perlahan saya menyadari … dia pergi. My
guardian pergi.
“dimana
kamu?”
Saya
menulis dinotebook, berharap sebuah balasan. Airmataku mulai mengalir dihalaman
notebook.
“siwon…
kembalilah!!”
Saya
menulis dan menulis lagi. Saya tetap berharap akan sebuah balalsan. Tapi
harapanku sia sia.
Saya
berlari keluar rumah dan berlri menuju sekolah. Sesegera saya tiba disekolah
saya berlari ke kiri sekolah dan mencari ruangan kelas dimana kita pertama kalo
menulis satu sama lain. Ruangan kelas itu hilang. Apa ini hanya mimpi belaka?
Apa saya hanya berhalusinasi?
“dimana
ruangan kelas diujung bagian kirir sekolah?”
Saya
berttanya pada penjaga sekolah. Sata hampir kehabisan napas karena berlari tapi
saya ga peduli. Saya mau merasakan kehhadiran siwon.
“ga
ada ruangan kelas disana…”
Jawaban
penjaga itu menghancurkan hatiku. Saya kembali keruumah dengan perasaan hampa.
Sekarang saya sendiri lagi, akankah siwon kembali?
Saya
duduk ditempat tidur saya dan memandangi notebook.. notebook kita .. saya mau
melihat pesan dia lagi. Saya membolak balikan halaman dan masiih… kosong.
“all
you have to do is to look harder and you’ll see me..”
Saya
ingat kata kata itu dan melihat sekeliling. Saya mencoba mengamati setiap benda
disekitar saya.
“I’m looking hard but I can’t see you! How much harder
do I have to look?”
Saya
bertanya pada diriku sendiri. Tiba tiba, angin yang lembut menyentuh pipiku dan
menghapus air mataku. Angin iitu menghembuskan notebook hingga mencapai halaman
terakhir.
“na
do saranghaeyo.”
Kalimat
itu tertulis diakhir halaman. Saya mengambil notebook dan melihat dari dekat.
Ada gambar kuda disampingnya. Saya kemudian tersenyum.
Angin
lain menyentuh rambutku. Saya kaget itu bukan angin yang dingin. Angin ituu
memelukku. Membuatku merasa hangat. Sekali lagi, saya merasakan keberadaan
siwon.
“apa
kamu kembali?”
Saya
menulis lagi, berharap kali ini mendapat balasan.
“apa
kamu takut?”
Akhirnya
saya melihat balasannya lagi. Membuat hatiku berdegup kencang. Jadi dia benar
benar tidak meninggalkanku?
“saya
takut. Apa kamu benar benar meninggalkanku? Apa kamu benar benar muncul
dimimpiku?
Tanyaku.
“saya
memang meninggalkanmu. Saya harus pergi tapi saya kembali untuk
memberitahukanmuu perasaanku”
There was a tinge of pain in my heart. siwon’s leaving
for real. He’s leaving me with the happiness we shared as our only memory
together.
“apa
kamu pergi sekarang?”
Saya
bertanya dengan airmataku yang mengalir dan membasahi notebook.
“jangan
sedih jika semua yang kita tulis dinotebook ini hilang. Itu ga akan benar benar
hilang, itu akan selamanya tertulis disini. Itu mungkin tak terlihat, itu
mungkin tak kasat mata tapi pesan yang kita tulis masing masing akan selalu
terukir dihati kita.”
I never thought that parting can be so hard. I never
thought it was this painful letting go.
“goodbye…
and saranghae.”
Pesan
terakhir yang dia tulis dinotebook. Setelah membacanya, tangis saya pecah. Ada
angin hangat yang memelukku, angin itu juga menyeka air mata saya. Saya
merasakan angin mencium bibir saya sebelum
menghilang.
Saya
membolak balikkan halaman dan ga ada
apapun disana. Hingga diakhir halaman, dan tulisan itu masih terlihat, pesan
siwon uuntukku.
“na
do saranghaeyo.”
Saya
bertekad untuk menyelesaikan studi saya sebagai seorang siswa. Sekarang saya
kuliah, dan saya sudah kerja part time. Saya masih ga bisa melupakan guardian
yang menghapus air mata saya.
Hingga
sekarang pesannya ada dalam hatiku yang paling dalam. Hhingga sekarang, saya
bisa merasakan kehadirannya melalui angin.
Melihat
diwaktu ketika saya menghambiskannya dengan siwon, saya benar benar merasa
bahagia. ketika saya melihat ke notebook kita, saya masih bisa tersenyum
walaupun halamannya kosong.
Saya
ga pernah mendapat jawaban tentang pertanyaan saya. Siapa siwon? Apa siwon? Itu
semua masih misteri. Yang saya tau dia adalah guardian saya.. cinta sejati
saya.
Identitas
dari seorang namja bernama Choi Siwon masih sebuah misteri. Kehadirannya masih
tidak terlihat, tapi akan selalu terlihat dimata saya. Pesannya, masih tak
terlihat, tapi akan selalu terukir dihati saya.
***END***
Yeorobun,
oettehke?? Jelek ya?? Maaf dehh L saya hanya mencoba sebisa
saya. Soalnya ini ff pertama saya menggunakan sudut pandang orang pertama…
aigoo ini bikin tengah malam lo chingu -_-“ dengan mata yang lelah, tangan yang
teklok (?) dsb.. hope u like it guys.. don’t like don’t read. No bashing no
copycat. Ditunggu comennya.. tinggalkan jejakmu ya hehehe
This
ff is dedicated to my Friend Dely Sekayati aka Shin Yeon Ra. Hope u like chingu
^^
Kamsahamnida
Author
Park
Na Mi XOXO :*