Translate

Kamis, 23 Januari 2014

Invisible Letters Part 3

Invisible Letters

Chapter 3
Guardian

Saya telah berkomunikasi dengan donghae selama seminggu sekarang. Setiap hari dia akan mengejutkanku dengan gambar yang berbeda di notebook kita. Dialah yang menjadi alasan kenapa saya mulai merambat (?) naik keperingkat pertama lagi.

“bagus sekali Yeon ra, kamu menjawab dengan benar. Pertahankanlah.”

Mendengar kalimat itu dari guruku membuatku menjadi lebih baik. Saya kembali ke diriku yang biasanya sekarang.. sepertinya. Saya merasa ga terlalu kesepian saat malam karena siwon akan menceritakan hal lucu padaku. Mempunyai dia disampingku membuatku menerima masa laluku. Persahabatan kita hampir sempurna. Kalau saja saya bisa melihat dia, kalau saja saya bisa mendengar dia.. kalau saja saya bisa menyentuh dia.

“hey, kenapa senyummu memudar?”

Itu tertulis dibagian atas notebook. Saya duduk diatas tempat tidurku dan mengambil bolpoin dan mulai menulis.

“siwon.. kapan saya bisa melihat kamu?”

Saya bertanya tanpa ragu. Saya sangat ingin melihatnya. Saya mau melihat orang yang yelah membuatku merasa lebih hidup dan bahagia.


“lihatlah sekelilingmu dan kamu akan melihatku dimanapun. Itukah alasanmu kenapa kamu sedih?”

Saya menghela napas dan melihat kesekeliling. Ga ada tanda tanda siwon. Saya hanya bisa merasakan kehadirannya melalui angin yang masuk dan keluar lewat jendela.

“I want to see the real you..”

Saya hampir menangis. Saya tau kalo saya ga sendiri dan ada siwon denganku setiap saat, tapi ga melihat dia secara face to face denganku membuatku sedih juga.

“all you have to do is to look harder and you’ll se me. You’ll see me soon…”

Ada gambar seekor kuda dibawah pesannya. Gambarnya ga pernah gagal menghiburku. Gambarnya selalu membuatku tersenyum.

“kenapa kamu begitu menyukai kuda?”

“karena senyumku mirip kuda (siwonest :: apa?? // author:: mianhae.. hahaha XP *kaboooor). Menurutku. J

“oh dan menurutku entah kenapa kau itu tampan.”

Kataku dan menggambar kuda disamping pesanku. Saya bisa merasakan tawa siwon, gila memang tapi saya mendengar ketawanya diantara keheningan yang menyelimutiku. Saya tau ketika dia tersenyum, saya hanya tau aja.

“sekarang kamu tau saya suka kuda. Apa kamu juga suka kuda?”

Tanyanya. Saya tau dia tersenyum padaku. Menunggu balasanku.

“sekarang saya suka.”

Saya tersenyum dan menyimpat notebook diatas meja belajar. Saya merasa lelah karena sekolah. Saya memutuskan untuk tidur.

“you’ll see me soon..”

Saya mendengar seseorang mengucapkan kata kata itu. Saya membuka mata dan melihat saya berada didalam kelas lagi. Terlihat sedikit berbeda dari terakhir saya melihatnya. Tidak terlihat tak terurus lagi, terlihat baru dan terjaga. Saya memasuki ruangan kelas dan melihat seseorang berjongkok disamping dinding yang bisa pakai untuk menulis pesan saya pada siwon. Dia memungungi saya dan dia menulis sesuatu.
Saya berjalan mendekat untuk melihat siapa itu. Saya mendengar suara lagi. Saya mendengar suara mengatakan kata kata yang sama.

“you’ll see me soon.. you’ll see me now.”

Perlahan, dia berdiri dan berbalik kearahku. Saya ga bisa melihat wajahnya tapi saya pikir saya tau siapa namja yang berdiri didepanku.

“siwon?”

Saya memanggilnya. Dan perlahan dia menunjukkan diri dan akhirnya saya melihat dia. Saya mau memeluk dia dengan erat dan bilang padanya bagaimana terima kasihnya saya karena memiliki dia dalam hidupku.

“apa kamu bahagia sekarang?”

Tanyanya dengan tersenyum. saya akhirnya melihat dia, saya akhirnya mendengar suaranya dan saya akhirnya melihat senyyumnya yang saya sangat ingin lihat. Saya mengangguk dan tersenyum padanya.

“saya bahagia terima kasih ini semua karenamu.”

His smile then faded and his eyes looked away. I started feeling scared and I don’t know the reason behind my sudden fear.

“saya senang kamu bahagia. saya senang saya bertemu denganmu. Sekarang karena saya telah membuatmu bahagia, saya rasa sekarang saatnya saya pergi.”

My heart was crushed when he said the word ‘go’. Is he leaving already? I could suddenly feel my tears rolling down on my cheeks. There’s still one more thing I want to tell him.

“are you.. leaving?”

My voice was trembling and my hands were freezing. He held my cheek and wiped my tears. For the first time he dried my tears himself, he dried them without using the wind.

“saya datang hanya untuk membuatmu bahagia. itulah tugasku sebagai gguardianmu.. dan setelah saya memenuhi tugasku.. saya harus pergi.”

Airmataku ga berhenti mengalir. Sekarang saya bahagia, kenapa dia harus pergi? Sekarang saya menyadari kalau saya… mencintai dia kenapa dia harus pergi?

“bagaimana jika saya ga bisa bahagia lagi? Akankah kamu kembali dan tinggal denganku lagi?”

Tanyaku. Dia memegang erat tanganku erat dan tersenyum.

“kamu akan bahagia…. kalau kamu merasa sendiri lagi, saya berada disekitarmu.. mengawasimu seperti yang saya lakukan biasanya.”

“siwon saya.. saya ga tau apa yang saya harus lakukan tanpamu..”

He pulled me into an embrace, a warm embrace that made me feel secure. I hugged him back without the intention of letting go. I want him to stay with me…forever.

“Remember I’ll always be beside you.”

With that he pulled away from the embrace and started to disappear. Slowly, bit by bit his image is getting blurred.

“siwon… saranghaeyo!”


I finally told him what I wanted to tell. I finally let out my hidden emotions. I finally sent my message to him. Will he reply? Will he send another message again?