Translate

Kamis, 23 Januari 2014

Invisible Letters Part 1


Invisible Letters
Genre :: mystery, a little romance (maybe)

Author :: Park Na Mi

Character ::

Shin Yeon Ra

Choi Siwon

Happy reading ^_^

Chapter 1
Classroom

“Shin yeon ra, tolong jawab soal dihalaman 30.”
Saya berdiri dari kursi saya dan dengan gelisah ku buka halaman 30. Saya menatap soal itu. Kata katanya ga bisa saya pahami lagi. Semua yang saya bisa lihat adalah kata kata acak yang dijadi satu menjadi suatu soal. Soal yang ga pernah bisa saya mengerti.. soal yang ga pernah bisa saya pecahkan.

“shin yeon ra, temui saya seusai pelajaran. duduklah.”

Selalu seperti ini.. dipanggil oleh guru untuk diceramahi dan dipermalukan hanya karena ga mengerti satu masalah. Sebenarnya dulu saya menduduki peringkat satu disekolah. ‘dulu’ berarti sudah lampau.
---

Setelah pelajaran berakhir saya menemui Mr.Kim seperti yang dia perintahkan padaku.

“yeon ra, saya menyuruhmu menemuiku karena saya peduli dengan kemampuanmu. Kamu ga seperti ini sebelumnya, saya tau apa yang kamu alami saat ini sangatlah sulit, tapi janganlah kehilangan tekadmu dalam belajar.”

Saya menatap kebawah kesepatuku sambil saya memainkan jari jariku. Mr.Kim menepuk pundak saya.

“kamu sudah di tahun terakhirmu  diSMA. Saya tau kamu mau lulus dan melanjutkan keperkuliahan. Cobalah untuk focus dalam pelajaranmu dan kamu akan menjadi yang pertama lagi seperti kamu dulu.”

Setelah mengatakan semua itu dia tersenyum dan kembali ke tempatnya. Saya berdiri disana mencoba untuk menahan tangisku supaya tidak keluar.

Ketika saya berjalan kembali kekelasu untuk mengambil tasku, saya melewati sebuah ruangan kelas yang kosong. Saya ga ingat ada sebuah ruangan kelas diujung sebelah kiri ruang utama sekolah. Saya tiba tiba mempunyai keyakinan untuk masuk kedalamnya. Saya melihat kesekeliling dan ruangan kelas ini terlihat tak terurus. 

Anehnya, saya malah merasa nyaman dibandingkan merasa takut.
Saya duduk disalah satu kursi dibarisan depan dan mengistirahatkan kepalaku diatas tanganku (seperti begini : tangan dua duanya dilipat diatas meja terus kepalanya diatasnya (?). begitu kekeke). Saya mulai menangis ketika saya ingat masa laluku yang menyakitkan.

Kembali ketika saya masih dibangku SMP, saya selalu mendapat peringkat pertama dikelas. Saya selalu mengikuti kompetisi dan saya bangga untuk mengatakan kalau saya selalu memenangkan juara pertama. Saya dulu mempunyai keluarga yang sempurna. Jika kamu bertanya Tanya kenapa saya menggunakan kata kata ‘dulu’, itu karena mereka sudah tiada.

Saya mengikuti kontes menulis esay dan saya diberitahukan sebagai pemenangnya. Saya menulis esay tentang bagaimana sebuah keluarga berperan besar dalam kehidupan. Saya sangat gembira untuk menunjukkannya kepada keluarga saya. Saya begitu bahagia hanya dengan memikirkan betapa bangganya mereka.. saya begitu bahagia hingga saya  melihat mereka tak bernyawa laggi.

Ayahku telah membunuh ibuku dan bahkan adik laki lakiku yang baru berumur 2 tahun. Setelah itu ayahku bunuh diri. Saya masuk kedalam rumah dan melihat tubuh mereka ditutupi oleh darah mereka sendiri.

Setelah kejadian itu saya menjadi berbeda. Saya menjadi tidak focus dalam pelajaranku, saya menjadi bodoh dan saya menjadi seseorang yang mati didalam. Saya hidup dalam duniaku sendiri. Menggunakan tabungan keluargaku untuk melanjutkan studiku. Saya bahkan memberitahukan sekolah bahwa saya lebih baik berhenti sekolah tapi mereka melarangku untuk melakukannya. Mereka bilang akan sangat tak bodoh jika tidak melatih murid yang baik sepertiku.

Memori yang menyakitkan menghambat mimpiku untuk menjadi nyata. Saya melanjutkan menangis sendiri diruangan kosong itu. Saya menangis dan menangis hingga saya merasakan angin yang lembut menyentuh pipiku. Saya mengangkat kepalaku dan menyadari kalau meja guru telah terdorong ke dinding. Saya penasaran, saya mendorongnya lagi dan melihat beberapa kata tertulis didinding.

“ga peduli mereka menutupi dinding dengan meja..”
Saya menunduk dan membaca kalimat itu didinding. Seperti sebuah coret coretan – seperti kutukan atau sindiran bagi guru, kekesalan dan sebagainya-. Tapi sesuatu yang menarik tertangkap mata saya.. sesuatu yang berbeda dan aneh tertuliskan dsitu.

“biarkan saya menghapus air matamu menggunakan angin…”
Hanya dengan membacanya dalam diam membuat bulu kudukku merinding. Saya baru ingat angin tadi telah menyeka air mata dari pipiku. Saya langsung mengambil bolpoinku dari kantung baju dan mulai menulis juga.

“angin  sudah menghapus air mataku. Kamsahamnida.”

Saya berdiri dan menertawakan diriku. Menjawab salah satu coret coretan sedikit agak merasa sedikt aneh. Ya aja jika saya mendapat balasan. Kemudian saya keluar dari ruangan kelas. Saya menatap kembali ruangan kelas itu sebelum saya pergi. Ada aura yang aneh didalam ruangan kelas itu. Seperti ada sesuatu didalamnya.. sepertinya seseorang sedang memperhatikanku.
Dengan pikirran itu, saya pergi dan pulang kerumah.