Invisible Letters
Genre :: mystery, a little romance (maybe)
Author :: Park Na Mi
Character ::
Shin
Yeon Ra
Choi
Siwon
Happy
reading ^_^
Chapter 1
Classroom
“Shin
yeon ra, tolong jawab soal dihalaman 30.”
Saya
berdiri dari kursi saya dan dengan gelisah ku buka halaman 30. Saya menatap
soal itu. Kata katanya ga bisa saya pahami lagi. Semua yang saya bisa lihat
adalah kata kata acak yang dijadi satu menjadi suatu soal. Soal yang ga pernah
bisa saya mengerti.. soal yang ga pernah bisa saya pecahkan.
“shin
yeon ra, temui saya seusai pelajaran. duduklah.”
Selalu
seperti ini.. dipanggil oleh guru untuk diceramahi dan dipermalukan hanya
karena ga mengerti satu masalah. Sebenarnya dulu saya menduduki peringkat satu
disekolah. ‘dulu’ berarti sudah lampau.
---
Setelah
pelajaran berakhir saya menemui Mr.Kim seperti yang dia perintahkan padaku.
“yeon
ra, saya menyuruhmu menemuiku karena saya peduli dengan kemampuanmu. Kamu ga
seperti ini sebelumnya, saya tau apa yang kamu alami saat ini sangatlah sulit,
tapi janganlah kehilangan tekadmu dalam belajar.”
Saya
menatap kebawah kesepatuku sambil saya memainkan jari jariku. Mr.Kim menepuk
pundak saya.
“kamu
sudah di tahun terakhirmu diSMA. Saya
tau kamu mau lulus dan melanjutkan keperkuliahan. Cobalah untuk focus dalam
pelajaranmu dan kamu akan menjadi yang pertama lagi seperti kamu dulu.”
Setelah
mengatakan semua itu dia tersenyum dan kembali ke tempatnya. Saya berdiri
disana mencoba untuk menahan tangisku supaya tidak keluar.
Ketika
saya berjalan kembali kekelasu untuk mengambil tasku, saya melewati sebuah
ruangan kelas yang kosong. Saya ga ingat ada sebuah ruangan kelas diujung
sebelah kiri ruang utama sekolah. Saya tiba tiba mempunyai keyakinan untuk
masuk kedalamnya. Saya melihat kesekeliling dan ruangan kelas ini terlihat tak
terurus.
Anehnya, saya malah merasa nyaman dibandingkan merasa takut.
Saya
duduk disalah satu kursi dibarisan depan dan mengistirahatkan kepalaku diatas
tanganku (seperti begini : tangan dua duanya dilipat diatas meja terus
kepalanya diatasnya (?). begitu kekeke). Saya mulai menangis ketika saya ingat
masa laluku yang menyakitkan.
Kembali
ketika saya masih dibangku SMP, saya selalu mendapat peringkat pertama dikelas.
Saya selalu mengikuti kompetisi dan saya bangga untuk mengatakan kalau saya selalu
memenangkan juara pertama. Saya dulu mempunyai keluarga yang sempurna. Jika
kamu bertanya Tanya kenapa saya menggunakan kata kata ‘dulu’, itu karena mereka
sudah tiada.
Saya
mengikuti kontes menulis esay dan saya diberitahukan sebagai pemenangnya. Saya
menulis esay tentang bagaimana sebuah keluarga berperan besar dalam kehidupan.
Saya sangat gembira untuk menunjukkannya kepada keluarga saya. Saya begitu
bahagia hanya dengan memikirkan betapa bangganya mereka.. saya begitu bahagia
hingga saya melihat mereka tak bernyawa
laggi.
Ayahku
telah membunuh ibuku dan bahkan adik laki lakiku yang baru berumur 2 tahun.
Setelah itu ayahku bunuh diri. Saya masuk kedalam rumah dan melihat tubuh
mereka ditutupi oleh darah mereka sendiri.
Setelah
kejadian itu saya menjadi berbeda. Saya menjadi tidak focus dalam pelajaranku, saya
menjadi bodoh dan saya menjadi seseorang yang mati didalam. Saya hidup dalam
duniaku sendiri. Menggunakan tabungan keluargaku untuk melanjutkan studiku.
Saya bahkan memberitahukan sekolah bahwa saya lebih baik berhenti sekolah tapi
mereka melarangku untuk melakukannya. Mereka bilang akan sangat tak bodoh jika
tidak melatih murid yang baik sepertiku.
Memori
yang menyakitkan menghambat mimpiku untuk menjadi nyata. Saya melanjutkan
menangis sendiri diruangan kosong itu. Saya menangis dan menangis hingga saya
merasakan angin yang lembut menyentuh pipiku. Saya mengangkat kepalaku dan
menyadari kalau meja guru telah terdorong ke dinding. Saya penasaran, saya
mendorongnya lagi dan melihat beberapa kata tertulis didinding.
“ga
peduli mereka menutupi dinding dengan meja..”
Saya
menunduk dan membaca kalimat itu didinding. Seperti sebuah coret coretan –
seperti kutukan atau sindiran bagi guru, kekesalan dan sebagainya-. Tapi
sesuatu yang menarik tertangkap mata saya.. sesuatu yang berbeda dan aneh
tertuliskan dsitu.
“biarkan
saya menghapus air matamu menggunakan angin…”
Hanya
dengan membacanya dalam diam membuat bulu kudukku merinding. Saya baru ingat
angin tadi telah menyeka air mata dari pipiku. Saya langsung mengambil
bolpoinku dari kantung baju dan mulai menulis juga.
“angin sudah menghapus air mataku. Kamsahamnida.”
Saya
berdiri dan menertawakan diriku. Menjawab salah satu coret coretan sedikit agak
merasa sedikt aneh. Ya aja jika saya mendapat balasan. Kemudian saya keluar
dari ruangan kelas. Saya menatap kembali ruangan kelas itu sebelum saya pergi.
Ada aura yang aneh didalam ruangan kelas itu. Seperti ada sesuatu didalamnya.. sepertinya
seseorang sedang memperhatikanku.
Dengan
pikirran itu, saya pergi dan pulang kerumah.
